tyle type="text/css"> /*CSS MENU*/ #menu{background:#343434;color:#eee;height:35px;border-bottom:4px solid #eeeded} #menu ul,#menu li{margin:0 0;padding:0 0;list-style:none;z-index:9999;} #menu ul{height:35px} #menu li{float:left;display:inline;position:relative;font:bold 12px Arial;text-shadow: 0 -1px 0 #000;border-right: 1px solid #444;border-left: 1px solid #111;text-transform:uppercase} #menu li:first-child{border-left: none} #menu a{display:block;line-height:35px;padding:0 14px;text-decoration:none;color:#eee;} #menu li:hover > a,#menu li a:hover{background:#111} #menu input{display:none;margin:0 0;padding:0 0;width:80px;height:35px;opacity:0;cursor:pointer} #menu label{font:bold 30px Arial;display:none;width:35px;height:36px;line-height:36px;text-align:center} #menu label span{font-size:12px;position:absolute;left:35px} #menu ul.menus{height:auto;overflow:hidden;width:180px;background:#111;position:absolute;z-index:99;display:none;border:0;} #menu ul.menus li{display:block;width:100%;font:12px Arial;text-transform:none;} #menu li:hover ul.menus{display:block} #menu a.home {background: #c00;} #menu a.sub{padding:0 27px 0 14px} #menu a.sub::after{content:"";width:0;height:0;border-width:6px 5px;border-style:solid;border-color:#eee transparent transparent transparent;position:absolute;top:15px;right:9px} #menu ul.menus a:hover{background:#333;}

Sunday, June 4, 2017

Cerita Candi Surowono Kediri


Candi Surowono
adalah Candi hindu yang berada di Desa Canggu Kecamatan Pare Kabupaten Kediri. Lokasinya yang tidak jauh dari "kampung inggris pare" membuatnya mudah/wajib untuk dikunjungi.
Di dalam kitab Nagarakretagama disebutkan bahwa Candi Surowono yang bernama Wishnubhawanaputra berada di Visnubuvanapura, sebuah tempat pemujaan bagi Dewa Wisnu, yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Dasar Candi ini berukuran 7,8 x 7,8 meter, dengan tinggi 4,6 meter, menghadap ke barat, sebagaimana sebagian besar candi lainnya di Jawa Timur. 

 Balok-balok beton memanjang dibangun instansi terkait sebagai tempat diletakkannya bebatuan candi serta arca yang belum tersusun pada tempatnya semula karena Candi Surowono sendiri ditemukan sudah dalam keadaan utuh .Tapi pada beberapa bagian masih tersisa arca dan beberapa bentuk relief serta cerita yang tepahat dari Candi tersebut .
Candi Surowono
Sebuah arca sebatas dada bertangan empat yang diletakkan terpisah dari Candi Surowono dengan wajah yang sudah agak rusak.
Candi Surowono
Sebuah Arca Resi Agastya tanpa bagian bawah dan bagian atasnya sebagian rusak, yang tampak seperti seorang pendeta berjanggut bertubuh bungkuk dengan hiasan di telinga dan lehernya, sementara posisi tangannya tampak menyangga ke atas.
Di tempat lain ada lagi Arca Resi Agastya yang tanpa bagian bawah juga, namun dengan posisi badan yang lebih tegak, hiasan telinga yang lebih pendek dan wajah yang masih lebih utuh, dengan posisi tangan yang juga menyangga ke atas.
Candi SurowonoBagian bawah Candi Surowono dilihat dari samping depan, dengan bentuk dasar candi yang cukup utuh terutama di bagian sampingnya. Bagian depan Candi Surowono tampak masih memerlukan perbaikan dan penyempurnaan. Sedangkan bagian atas Candi Surowono ini sudah lenyap tak berbekas, entah dikarenakan sebab apa.
Candi Surowono diperkirakan dibangun pada 1390, namun baru selesai pada tahun 1400 saat candi ini digunakan. Candi Surowono dibuat sebagai tempat pensucian atau pendharmaan bagi Wijayarajasa, Bhre Wengker, yang merupakan paman dari Rajasanagara, Raja Majapahit. Bhre Wengker meninggal pada 1388.
Upacara sraddha bagi Bhre Wengker, yang merupakan sebuah upacara ritual yang dilakukan 12 tahun setelah kematiannya, diselenggarakan pada 1400, tahun yang kemudian diduga sebagai tahun perkiraan selesainya bangunan Candi Surowono ini.
Candi Surowono
Pada Candi Surowono terdapat beberapa relief yang dikerjakan dengan halus. Pada kaki Candi Surowono terdapat relief-relief fabel dan juga tantri, sedangkan pada badan Candi Surowono terdapat relief Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa yang digubahnya pada 1035, serta relief Bubuksah, dan relief Sri Tanjung.
Candi Surowono
Di Candi Surowono juga terdapat patung raksasa, yang disebut Gana yang berada dalam posisi duduk, dengan kedua tangan layaknya tengah menyangga bagian atas Candi Surowono. Gana adalah pelayan yang dipilih oleh Ganesha untuk melayani Shiwa.
Candi Surowono
Penggalan relief Sri Tanjung di salah satu sudut candi. Sidapaksa dan Sri Tanjung adalah sepasang kekasih, yang suatu ketika terpisah karena Sidapaksa di utus pergi untuk sebuah misi. Ketika Sidapaksa kembali, ia menuduh Sri Tanjung tidak setia, dan lalu membunuhnya.
Relief paling kiri menceritakan ketika Sidapaksa menyadari kesalahannya dan merasa sangat putus asa. Relief di sebelahnya memperlihatkan Sri Tanjung tengah naik seekor ikan besar untuk menyeberangi sungai di dunia orang mati. Relief paling kanan adalah ketika Sri Tanjung ditolak masuk ke dalam surga karena waktu ajalnya belum tiba.
Candi Surowono
Relief di sebelah kiri menunjukkan ketika Durga menghidupkan kembali Sri Tanjung, dan relief paling kanan adalah ketika Sidapaksa dan Sri Tanjung dipersatukan kembali.
Candi Surowono
Relief candi yang menceritakan tentang Bubuksah dan Gagang Aking, dua bersaudara yang tengah dalam pencarian spiritual untuk mencapai kesempurnaan. Gagang Aking menempa diri dengan melakukan puasa yang sangat ketat sedangkan Bubuksah tetap menikmati makan minumnya.


Batara Guru lalu mengirim utusan untuk menguji keduanya dalam wujud harimau yang meminta daging manusia segar kepada mereka. Gagang Aking mengatakan bahwa tidak ada gunanya meminta darinya karena ia kurus kering, namun Bubuksah menawarkan diri untuk dimakan harimau itu. Harimau itu lalu menampakkan wujud aslinya sebagai utusan Batara Guru, dan Bubuksah pun dinyatakan lulus ujian.

Wisata Candi Tegowangi Kediri


   Candi Tegowangi yang terletak di Desa Tegowangi kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri ini ditemukan hanya berupa reruntuhan dan hanya tersisa badan kaki candi serta sebagian badan candi.

Menurut kitab Paraton candi ini merupakan tempat pendharmaan  Bhre Matahun yang dapat diartikan seorang raja/bangsawan/seorang pejabat .Sedangkan dalam kitab Negarakertagama, Bhre Matahun meninggal tahun 1388 M .Maka diperkirakan Candi Tegowangi didirikan pada masa kerajaan Majapahit pada tahun 1400 M ,hal itu dikarenakan seorang raja melakukan pendharmaan 12 tahun setelah raja meninggal dengan upacara strada. 

Dihalaman candi terdapat beberapa arca yaitu  Parwati Ardhenari, Garuda berbadan manusia dan sisa candi disudut tenggara.
Candi yang berpondasi batu bata serta batu kaki dan sebagian tubuh candi terbuat dari batu andesit ini memiliki denah berbentuk bujur sangkar menghadap ke barat ini memiliki luas 11,2 x 11,2 meter dan tinggi 4,35 meter  

Bagian kaki candi berlipit dan berhias dengan tiap sisi candi ditemukan 3 panel tegak yang dihiasi relief raksasa (gana) jongkok yang kedua tangannya diangkat keatas seolah sedang menyokong /memikul badan candi .Diatasnya terdapat tonjolan-tonjolan berukir yang melingkari candi .Dan diatasnya tonjolan ada genta yang berhias .




    Pada bagian tangga terdapat relief yamg menggambarkan pemain genderang .Pada bagian kaki candi terdapat relief bermotif sulur,bunga,serta gana yang tersusun berselang seling.
   Pada bagian tubuh candi ditengah-tengah pada setiap sisi terdapat pilar polos  yang menghubungkan kaki daln badan candi yang tampak belum selesai dikerjakan.  
   Dan pada sekeliling bagian badan candi dihiasi relief cerita Sudamala yang berjumlah 14 panil yaitu 3 panil disisi utara ,8 panil disisi barat dan 3 panil disisi selatan      Cerita inj berisi tentang pengruwatan atau pensucian Dewi Durga dalam bentuk jelek dan jahat menjadi Dewi Uma dalam bentuk baik yang dilakukan Sadewa ( tokoh bungsu dalam cerita Pandawa).Sedangkan bagian tubuh candi terdapat Yoni dengan pancuran berbentuk Naga.
   

Saturday, June 3, 2017

Monumen SLG Kediri rasa Paris

   
      Monumen Simpang Lima Kediri  yang biasa disebut SLG (Simpang Lima Gumul) dibangun di simpang lima desa Tugurejo kec. Ngasem Kab. Kediri menjadi Ikon Kabupaten Kediri .

Bentuknya yang menyerupai L'Arch de Triomphe di paris perancis ini dibangun pada tahun 2003 dan selesai tahun 2008 yang digagas oleh Bupati Sutrisno saat menjabat waktu itu.
Dibangun di simpang lima jalan yang menuju plosoklaten, pesantren,pagu ,pare dan kediri/kota ini menjadikannya lokasi strategis .
   
      Pada bagian luar dinding monumen terdapat gambar/relief yang merupakan gambaran masyarakat pada jaman kediri dahulu,selain itu juga terdapat ruang bawah tanah yang sempat digunakan tempat mengungsi masyarakat waktu gunung Kelud Meletus beberapa tahun kemarin serta terowongan untuk menuju ke area Monumen.

    Kawasan yang diproyeksikan menjadi kota baru dan pusat perdagangan jawa timur bagian barat ( central business district ) juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti Gedung Convention Hall ,gedung serbaguna ,bank daerah ,terminal ,area parkir ,pasar aneka kuliner ,taman hijau dan sarana rekreasi megah Waterpark  Gumul Paradise Island .
 
Jika Museum L'Arch de Triompe dibangun atas dasar penghormatan terhadap pahlawan yang ber perang dalam revolusi perancis dan pertempuran Napoleon ,Monumen SLG dibangun untuk tujuan memajukan ekonomi dan menjadi salah satu tempat wisata populer di kediri, serta menunjuk kan spirit berdirinya kabupaten Kediri .Ada beberepa sumber juga yang mengatakan di bangunnya monumen SLG terinspirasi dari sejarah Kerajaan Kediri pada abad ke XII yang dipimpin Raja Sri Aji JayaBaya yang ingin menyatukan lima wilayah dikediri.

Baca juga Petilasan Sri Aji JayaBaya Kediri

Situs Semen Kediri tertua di JaTim

   
   Situs Semen  ini berada di desa semen kec. Pagu kab. Kediri ,nama Semen sendiri adalah nama desa  dimana tempat situs tersebut yang ditemukan di desa semen.
      Salah satu situs peninggalan jaman sejarah yang dilindungi pemerintah daerah ini dipercayai pernah menjadi peradaban besar pada masanya.Hal ini terbukti dari adanya stempel raja Airlangga dengan simbol Dewa Wisnu Menaiki Garuda .

      Letaknya yang tidak jauh dari Petilasan Sri Aji JayaBaya banyak yang mengira bahwa ini adalah peninggalan kerajaan kediri.Namun kalau melihat dari adanya arca wisnu naik garuda/garuda wisnu kencana,kemungkinan besar usia situs ini jauh lebih tua  yaitu dibangun pada era Raja Airlangga Karena Wisnu naik garuda adalah wujud dari pendewaannya.
       Situs yang diyakini peninggalan purbakala tertua di Jawa Timur ini, Menurut Juru kunci situs mengungkapkan hal itu dikarena kan adanya tanda purbakala dari Narasinga yang masih utuh dalam situs tersebut , dibelakang Narasinga terdapat Linggo Yoni yang  merupakan asal kejadian manusia. Linggo yoni  merupakan simbol laki-laki dan perempuan untuk perkembangan jaman selanjutnya . Narasinga yang berarti singa dalam bahasa Indonesia ini hanya ada di situs ini,bahkan di jawa timur hanya ada di situs semen,   Beberapa temuan yang tercatat berupa struktur bangunan berwujud gapura ,kanal air dan struktur bangunan serta arca narasinga ,lingga yoni dan berbagai tembikar kuno.

Friday, June 2, 2017

Misteri Arca Totok Kerot Kediri


          Arca Totok Kerot merupakan prasasti  setinggi 3m yang berbentuk patung raksasa Dwarapala dengan ciri-ciri adanya hiasan candrakapala ,berupa tengkorak bertaring diatas bulan sabit yang berada diatas arca ,Yang merupakan lambang dari kerajaan kediri.

Prasasti peninggalan zaman kerajaan Pamenang-Kediri ini berada di Desa Bulupasar Kec. pagu kab. Kediri tepatnya 1km ke utara dari Monumen Simpang Lima Gumul dan 11 km Selatan Petilasan Sang Prabu JayaBaya.
Kemungkinan Arca ini adalah pintu gerbang sebelah barat istana kerajaan kediri atau bisa juga pintu masuk kesebuah candi .
       
         Banyak versi yang berkembang dimasyarakat tentang asal usul arca Totok Kerot ini .Salah satunya adalah
        Seorang Putri Cantik dari Lodaya- Blitar yang datang ke Pamenang untuk melamar prabu Jayabaya yang tersohor kedigdayaannya. Malang bagi Sang putri karena JayaBaya Menolaknya.
Akhirnya terjadilah pertempuran diantara keduanya ,Karena Kalah sakti dengan Jayabaya ,sang putri kalah dan dikutuk menjadi raksasa wanita berbentuk Dwarapala

Selain itu ada legenda lain yang juga berkesinambungan dengan Arca Totok Kerot ,yang lebih menghebohkan .
Diceritakan bahwa Arca Totok Kerot pernah dipindahkan dari tempat asal ke alun-alun kota kediri .Namun dalam satu malam saja, arca ini tidak betah dan menyusun rencana kembali ketempat asal .Dan pada tengah malam , tiba-tiba berkumpul 2 ekor gajah dan 7ekor sapi di alun-alun. Kesembilan hewan itupun menarik arca kembali ketempat asal ,karena arca sangat berat hanya selang beberapa meter semua hewan itupun mati karena kecapaian menarik arca .Pada pagi harinya melihat arca berpindah dari tempat semula dan hewan tak bernyawa disekitarnya ,akhirnya pemerintah kediri memutuskan untuk mengembalikan arca totok kerot ketempat asal di desa bulupasar .legenda ini di percaya terjadi tahun 80an berselan beberapa tahun sebelum arca ini ditemukan.

     Arca ini dulunya terpendam dalam tanah. Karena oleh penduduk, di tempat tersebut dikabarkan ada benda besar, maka pada 1981 lokasi itu digali. Hingga akhirnya, arca itu muncul separuh. Entah pada tahun berapa dilakukan penggalian ulang yang jelas saat tahun 2005, patung  tersebut telah muncul secara utuh di atas permukaan tanah.
Sepintas arca Totok Kerot yang berada di Desa Bulusari, Kecamatan Pagu,kabupaten kediri tidak jauh beda dengan sepasang  Arca Dwarapala yang berada di Singosari . Hanya saja kondisinya lebih mengenaskan karena terdapat bagian tubuh yang hilang terutama tangan kirinya. Arca ini juga tidak memegang gada seperti halnya Arca Dwarapala, atau mungkinkah bagian tangan yang hilang dari arca ini memegang senjata tersebut ? Tidak ada penjelasan yang pasti .

Mitos Di Sendang Tirto Kamandanu Kediri

   
    Sendang Tirto Kamandanu terletak di Desa Menang/Pamenang Kec. Pagu Kab Kediri serta satu komplek dengan petilasan pamuksan Sri Aji JayaBaya.
         Lazimnya bangunan kerajaan ,Kediri juga dilengkapi dengan patirtan yang pada masanya difungsikan sebagai kaputren atau tempat bermain putri-putri raja dan ditempat ini juga dipercaya sebagai tempat mensucikan diri Sang Prabu JayaBaya sebelum Muksa.

                         

                     Sumur yang ada di Sendang Tirtokamandanu
     Tidak diketahui persis tahun penemuan Sendang ini ,namun saat ini sudah dibangun untuk obyek wisata yang mana menjadi tambahan lokasi wisata di kediri.
    Lokasinya yang satu kompleks dengan Pamuksan Sri Aji JoyoBoyo dan Sendang Tirto Kamandanu di Desa Menang ini diyakini memiliki daya magis yang kuat menurut singkatan namanya .JoyoBoyo konon dapat diartikan " Yen pengen Joyo ing Pamenang (kalau pengen jaya dimulai di pamenang) ,Yen pengen ngilangi Beboyo ing Pamenang ( kalau pengen menghilangkan marabahaya juga di pamenang ) .
   
   
       Mitos yang beredar dimasyarakat mandi di Sendang Tirtokamandanu dipercayai dapat menaik kan drajat seseorang serta merperlancar urusan
Pekerjaan dan menjadikannya awet muda ,Ada juga yang meyakini bila minum air diSendang Tirto Kamandanu dapat menyembuhkan segala penyakit.
Diluar faktor mistis  yang membuat air di Sendang Tirto Kamandanu bermanfaat karena disekelilingnya berdiri pohon  yang bisa menjadi sumber pengobatan seperti pohon pule ,adhem ati dan mengkudu yang mana akarnya bersentuhan langsung dengan sumber air di Sendang Tirto Kamandanu.

Ramalan Lengkap Sang Prabu JayaBaya

         Ramalan Jayabaya atau sering disebut jangka Jayabaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang salah satunya dipercaya ditulis oleh Jayabaya, raja Kerajaan Kadiri. Ramalan ini dikenal pada khususnya di kalangan masyarakat Jawa yg dilestarikan secara turun temurun oleh para pujangga. Asal-usul utama serat ramalan Jayabaya dapat dilihat pada kitab Musasar yang digubah oleh Sunan Giri Prapen. Sekalipun banyak keraguan keasliannya, tapi sangat jelas bunyi bait pertama kitab Musasar yang menuliskan bahwa Jayabaya yang membuat ramalan-ramalan tersebut.

“     Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di Kediri yang gagah perkasa, Musuh takut dan takluk, tak ada yang berani.     ”

Meskipun demikian, kenyataannya dua pujangga yang hidup sezaman dengan Prabu Jayabaya, yakni Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, sama sekali tidak menyebut bahwa bahwa Prabu Jayabaya memiliki karya tulis dalam kitab-kitab mereka yang berjudul Kakawin Bharatayuddha, [[Kakawin Hariwangsa],] dan Kakawin Gatotkacasraya. Kakawin Bharatayuddha hanya menceritakan peperangan antara kaum Korawa dan Pandawa yang disebut peperangan Bharatayuddha, sedangkan Kakawin Hariwangsa dan Kakawin Gatotkacasraya berisi tentang cerita ketika sang prabu Kresna ingin menikah denganRukmini dari negeri Kundina, putri prabu Bismaka. Rukmini adalah titisan Dewi Sri.

Dari berbagai sumber dan keterangan yang ada mengenai Ramalan Jayabaya, maka pada umumnya para sarjana sepakat bahwa sumber ramalan ini sebenarnya hanya satu, yakni Kitab Asrar (Musarar) karangan Sunan Giri Perapan (Sunan Giri ke-3) yang kumpulkannya pada tahun Saka 1540 = 1028 H = 1618 M, hanya selisih 5 tahun dengan selesainya kitab Pararaton tentang sejarah Majapahit dan Singosari yang ditulis di pulau Bali 1535 Saka atau 1613 M. Jadi penulisan sumber ini sudah sejak zamannya Sultan Agung dari Mataram bertahta (1613-1645 M).

Kitab Jangka Jayabaya pertama dan dipandang asli, adalah dari buah karya Pangeran Wijil I dari Kadilangu (sebutannya Pangeran Kadilangu II) yang dikarangnya pada tahun 1666-1668 Jawa = 1741-1743 M. Sang Pujangga ini memang seorang pangeran yang bebas. Mempunyai hak merdeka, yang artinya punya kekuasaan wilayah "Perdikan" yang berkedudukan di Kadilangu, dekat Demak. Memang beliau keturunan Sunan Kalijaga, sehingga logis bila beliau dapat mengetahui sejarah leluhurnya dari dekat, terutama tentang riwayat masuknya Sang Brawijaya terakhir (ke-5) mengikuti agama baru, Islam, sebagai pertemuan segitiga antara Sunan Kalijaga, Brawijaya ke-V dan Penasehat Sang Baginda benama Sabda Palon dan Nayagenggong.

Disamping itu beliau menjabat sebagai Kepala Jawatan Pujangga Keraton Kartasura tatkala zamannya Sri Paku Buwana II (1727-1749). Hasil karya sang Pangeran ini berupa buku-buku misalnya, Babad Pajajaran, Babad Majapahit, Babad Demak, Babad Pajang, Babad Mataram, Raja Kapa-kapa, Sejarah Empu, dll. Tatkala Sri Paku Buwana I naik tahta (1704-1719) yang penobatannya di Semarang, Gubernur Jenderalnya benama van Outhoorn yang memerintah pada tahun 1691-1704. Kemudian diganti G.G van Hoorn (1705-1706), Pangerannya Sang Pujangga yang pada waktu masih muda. Didatangkan pula di Semarang sebagai Penghulu yang memberi Restu untuk kejayaan Keraton pada tahun 1629 Jawa = 1705 M, yang disaksikan GG. Van Hoorn.

Ketika keraton Kartasura akan dipindahkan ke desa Sala, sang Pujangga diminta pandapatnya oleh Sri Paku Buwana II. Ia kemudian diserahi tugas dan kewajiban sebagai peneliti untuk menyelidiki keadaan tanah di desa Sala, yang terpilih untuk mendirikan keraton yang akan didirikan tahun 1669 Jawa (1744 M).

Sang Pujangga wafat pada hari Senin Pon, 7 Maulud Tahun Be Jam'iah 1672 Jawa 1747 M, yang pada zamannya Sri Paku Buwono 11 di Surakarta. Kedudukannya sebagai Pangeran Merdeka diganti oleh puteranya sendiri yakni Pangeran Soemekar, lalu berganti nama Pangeran Wijil II di Kadilangu (Pangeran Kadilangu III), sedangkan kedudukannya sebagai pujangga keraton Surakarta diganti oleh Ngabehi Yasadipura I, pada hari Kemis Legi,10 Maulud Tahun Be 1672 Jawa = 1747 M.

Dan berikut ini isi ramalan Jayabaya lengkap:

    Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran --- Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda.
    Tanah Jawa kalungan wesi --- Pulau Jawa berkalung besi.
    Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang --- Perahu berjalan di angkasa.
    Kali ilang kedhunge --- Sungai kehilangan mata air.
    Pasar ilang kumandhang --- Pasar kehilangan suara.
    Iku tandha yen tekane zaman Jayabaya wis cedhak --- Itulah pertanda zaman Jayabaya telah mendekat.
    Bumi saya suwe saya mengkeret --- Bumi semakin lama semakin mengerut.
    Sekilan bumi dipajeki --- Sejengkal tanah dikenai pajak.
    Jaran doyan mangan sambel --- Kuda suka makan sambal.
    Wong wadon nganggo pakeyan lanang --- Orang perempuan berpakaian lelaki.
    Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking zaman--- Itu pertanda orang akan mengalami zaman berbolak-balik
    Akeh janji ora ditetepi --- Banyak janji tidak ditepati.
    keh wong wani nglanggar sumpahe dhewe--- Banyak orang berani melanggar sumpah sendiri.
    Manungsa padha seneng nyalah--- Orang-orang saling lempar kesalahan.
    Ora ngendahake hukum Hyang Widhi--- Tak peduli akan hukum Hyang Widhi.
    Barang jahat diangkat-angkat--- Yang jahat dijunjung-junjung.
    Barang suci dibenci--- Yang suci (justru) dibenci.
    Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit--- Banyak orang hanya mementingkan uang.
    Lali kamanungsan--- Lupa jati kemanusiaan.
    Lali kabecikan--- Lupa hikmah kebaikan.
    Lali sanak lali kadang--- Lupa sanak lupa saudara.
    Akeh bapa lali anak--- Banyak ayah lupa anak.
    Akeh anak wani nglawan ibu--- Banyak anak berani melawan ibu.
    Nantang bapa--- Menantang ayah.
    Sedulur padha cidra--- Saudara dan saudara saling khianat.
    Kulawarga padha curiga--- Keluarga saling curiga.
    Kanca dadi mungsuh --- Kawan menjadi lawan. 
    Akeh manungsa lali asale --- Banyak orang lupa asal-usul.
  
  Ukuman Ratu ora adil --- Hukuman Raja tidak adil
    Akeh pangkat sing jahat lan ganjil--- Banyak pejabat jahat dan ganjil
    Akeh kelakuan sing ganjil --- Banyak ulah-tabiat ganjil
    Wong apik-apik padha kapencil --- Orang yang baik justru tersisih.
    Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin --- Banyak orang kerja halal justru merasa malu.
    Luwih utama ngapusi --- Lebih mengutamakan menipu.
    Wegah nyambut gawe --- Malas untuk bekerja.
    Kepingin urip mewah --- Inginnya hidup mewah.
    Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka --- Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.
    Wong bener thenger-thenger --- Orang (yang) benar termangu-mangu.
    Wong salah bungah --- Orang (yang) salah gembira ria.
    Wong apik ditampik-tampik--- Orang (yang) baik ditolak ditampik (diping-pong).
    Wong jahat munggah pangkat--- Orang (yang) jahat naik pangkat.
    Wong agung kasinggung--- Orang (yang) mulia dilecehkan
    Wong ala kapuja--- Orang (yang) jahat dipuji-puji.
    Wong wadon ilang kawirangane--- perempuan hilang malu.
    Wong lanang ilang kaprawirane--- Laki-laki hilang jiwa kepemimpinan.
    Akeh wong lanang ora duwe bojo--- Banyak laki-laki tak mau beristri.
    Akeh wong wadon ora setya marang bojone--- Banyak perempuan ingkar pada suami.
    Akeh ibu padha ngedol anake--- Banyak ibu menjual anak.
    Akeh wong wadon ngedol awake--- Banyak perempuan menjual diri.
    Akeh wong ijol bebojo--- Banyak orang gonta-ganti pasangan.
    Wong wadon nunggang jaran--- Perempuan menunggang kuda.
    Wong lanang linggih plangki--- Laki-laki naik tandu.
    Randha seuang loro--- Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen).
    Prawan seaga lima--- Lima perawan lima picis.
    Dhudha pincang laku sembilan uang--- Duda pincang laku sembilan uang.
    Akeh wong ngedol ngelmu--- Banyak orang berdagang ilmu.
    Akeh wong ngaku-aku--- Banyak orang mengaku diri.
    Njabane putih njerone dhadhu--- Di luar putih di dalam jingga.
    Ngakune suci, nanging sucine palsu--- Mengaku suci, tapi palsu belaka.
    Akeh bujuk akeh lojo--- Banyak tipu banyak muslihat.
    Akeh udan salah mangsa--- Banyak hujan salah musim.
    Akeh prawan tuwa--- Banyak perawan tua.
    Akeh randha nglairake anak--- Banyak janda melahirkan bayi.
    Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne--- Banyak anak lahir mencari bapaknya.
    Agama akeh sing nantang--- Agama banyak ditentang.
    Prikamanungsan saya ilang--- Perikemanusiaan semakin hilang.
    Omah suci dibenci--- Rumah suci dijauhi.
    Omah ala saya dipuja--- Rumah maksiat makin dipuja.
    Wong wadon lacur ing ngendi-endi--- Perempuan lacur dimana-mana.
    Akeh laknat--- Banyak kutukan
    Akeh pengkianat--- Banyak pengkhianat.
    Anak mangan bapak---Anak makan bapak.
    Sedulur mangan sedulur---Saudara makan saudara.
    Kanca dadi mungsuh---Kawan menjadi lawan.
    Guru disatru---Guru dimusuhi.
    Tangga padha curiga---Tetangga saling curiga.
    Kana-kene saya angkara murka --- Angkara murka semakin menjadi-jadi.
    Sing weruh kebubuhan---Barangsiapa tahu terkena beban.
    Sing ora weruh ketutuh---Sedang yang tak tahu disalahkan.
    Besuk yen ana peperangan---Kelak jika terjadi perang.
    Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor---Datang dari timur, barat, selatan, dan utara.
    Akeh wong becik saya sengsara--- Banyak orang baik makin sengsara.
    Wong jahat saya seneng--- Sedang yang jahat makin bahagia.
    Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul--- Ketika itu burung gagak dibilang bangau.
    Wong salah dianggep bener---Orang salah dipandang benar.
    Pengkhianat nikmat---Pengkhianat nikmat.
    Durjana saya sempurna--- Durjana semakin sempurna.
    Wong jahat munggah pangkat--- Orang jahat naik pangkat.
    Wong lugu kebelenggu--- Orang yang lugu dibelenggu.
    Wong mulya dikunjara--- Orang yang mulia dipenjara.
    Sing curang garang--- Yang curang berkuasa.
    Sing jujur kojur--- Yang jujur sengsara.
    Pedagang akeh sing keplarang--- Pedagang banyak yang tenggelam.
    Wong main akeh sing ndadi---Penjudi banyak merajalela.
    Akeh barang haram---Banyak barang haram.
    Akeh anak haram---Banyak anak haram.
    Wong wadon nglamar wong lanang---Perempuan melamar laki-laki.
    Wong lanang ngasorake drajate dhewe---Laki-laki memperhina derajat sendiri.
    Akeh barang-barang mlebu luang---Banyak barang terbuang-buang.
    Akeh wong kaliren lan wuda---Banyak orang lapar dan telanjang.
    Wong tuku ngglenik sing dodol---Pembeli membujuk penjual.
    Sing dodol akal okol---Si penjual bermain siasat.
    Wong golek pangan kaya gabah diinteri---Mencari rizki ibarat gabah ditampi.
    Sing kebat kliwat---Yang tangkas lepas.
    Sing telah sambat---Yang terlanjur menggerutu.
    Sing gedhe kesasar---Yang besar tersasar.
    Sing cilik kepleset---Yang kecil terpeleset.
    Sing anggak ketunggak---Yang congkak terbentur.
    Sing wedi mati---Yang takut mati.
    Sing nekat mbrekat---Yang nekat mendapat berkat.
    Sing jerih ketindhih---Yang hati kecil tertindih
    Sing ngawur makmur---Yang ngawur makmur
    Sing ngati-ati ngrintih---Yang berhati-hati merintih.
    Sing ngedan keduman---Yang main gila menerima bagian.
    Sing waras nggagas---Yang sehat pikiran berpikir.
    Wong tani ditaleni---Orang (yang) bertani diikat.
    Wong dora ura-ura---Orang (yang) bohong berdendang.
    Ratu ora netepi janji, musna panguwasane---Raja ingkar janji, hilang wibawanya.
    Bupati dadi rakyat---Pegawai tinggi menjadi rakyat.
    Wong cilik dadi priyayi---Rakyat kecil jadi priyayi.
    Sing mendele dadi gedhe---Yang curang jadi besar.
    Sing jujur kojur---Yang jujur celaka.
    Akeh omah ing ndhuwur jaran---Banyak rumah di punggung kuda.
    Wong mangan wong---Orang makan sesamanya.
    Anak lali bapak---Anak lupa bapa.
    Wong tuwa lali tuwane---Orang tua lupa ketuaan mereka.
    Pedagang adol barang saya laris---Jualan pedagang semakin laris.
    Bandhane saya ludhes---Namun harta mereka makin habis.
    Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan---Banyak orang mati lapar di samping makanan.
    Akeh wong nyekel bandha nanging uripe sangsara---Banyak orang berharta tapi hidup sengsara.
    Sing edan bisa dandan---Yang gila bisa bersolek.
    Sing bengkong bisa nggalang gedhong---Si bengkok membangun mahligai.
    Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil---Yang waras dan adil hidup merana dan tersisih.
    Ana peperangan ing njero---Terjadi perang di dalam.
    Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham---Terjadi karena para pembesar banyak salah faham.
    Durjana saya ngambra-ambra---Kejahatan makin merajalela.
    Penjahat saya tambah---Penjahat makin banyak.
    Wong apik saya sengsara---Yang baik makin sengsara.
    Akeh wong mati jalaran saka peperangan---Banyak orang mati karena perang.
    Kebingungan lan kobongan---Karena bingung dan kebakaran.
    Wong bener saya thenger-thenger---Si benar makin tertegun.
    Wong salah saya bungah-bungah---Si salah makin sorak sorai.
    Akeh bandha musna ora karuan lungane---Banyak harta hilang entah ke mana
    Akeh pangkat lan drajat pada minggat ora karuan sababe---Banyak pangkat dan derajat lenyap entah mengapa.
    Akeh barang-barang haram, akeh bocah haram---Banyak barang haram, banyak anak haram.
    Bejane sing lali, bejane sing eling---Beruntunglah si lupa, beruntunglah si sadar.
    Nanging sauntung-untunge sing lali---Tapi betapapun beruntung si lupa.
    Isih untung sing waspada---Masih lebih beruntung si waspada.
    Angkara murka saya ndadi---Angkara murka semakin menjadi.
    Kana-kene saya bingung---Di sana-sini makin bingung.
    Pedagang akeh alangane---Pedagang banyak rintangan.
    Akeh buruh nantang juragan---Banyak buruh melawan majikan.
    Juragan dadi umpan---Majikan menjadi umpan.
    Sing suwarane seru oleh pengaruh---Yang bersuara tinggi mendapat pengaruh.
    Wong pinter diingar-ingar---Si pandai direcoki.
    Wong ala diuja---Si jahat dimanjakan.
    Wong ngerti mangan ati---Orang yang mengerti makan hati.
    Bandha dadi memala---Hartabenda menjadi penyakit
    Pangkat dadi pemikat---Pangkat menjadi pemukau.
    Sing sawenang-wenang rumangsa menang --- Yang sewenang-wenang merasa menang
    Sing ngalah rumangsa kabeh salah---Yang mengalah merasa serba salah.
    Ana Bupati saka wong sing asor imane---Ada raja berasal orang beriman rendah.
    Patihe kepala judhi---Maha menterinya benggol judi.
    Wong sing atine suci dibenci---Yang berhati suci dibenci.
    Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat---Yang jahat dan pandai menjilat makin kuasa.
    Pemerasan saya ndadra---Pemerasan merajalela.
    Maling lungguh wetenge mblenduk --- Pencuri duduk berperut gendut.
    Pitik angrem saduwure pikulan---Ayam mengeram di atas pikulan.
    Maling wani nantang sing duwe omah---Pencuri menantang si empunya rumah.
    Begal pada ndhugal---Penyamun semakin kurang ajar.
    Rampok padha keplok-keplok---Perampok semua bersorak-sorai.
    Wong momong mitenah sing diemong---Si pengasuh memfitnah yang diasuh
    Wong jaga nyolong sing dijaga---Si penjaga mencuri yang dijaga.
    Wong njamin njaluk dijamin---Si penjamin minta dijamin.
    Akeh wong mendem donga---Banyak orang mabuk doa.
    Kana-kene rebutan unggul---Di mana-mana berebut menang.
    Angkara murka ngombro-ombro---Angkara murka menjadi-jadi.
    Agama ditantang---Agama ditantang.
    Akeh wong angkara murka---Banyak orang angkara murka.
    Nggedhekake duraka---Membesar-besarkan durhaka.
    Ukum agama dilanggar---Hukum agama dilanggar.
    Prikamanungsan di-iles-iles---Perikemanusiaan diinjak-injak.
    Kasusilan ditinggal---Tata susila diabaikan.
    Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi---Banyak orang gila, jahat dan hilang akal budi.
    Wong cilik akeh sing kepencil---Rakyat kecil banyak tersingkir.
    Amarga dadi korbane si jahat sing jajil---Karena menjadi kurban si jahat si laknat.
    Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit---Lalu datang Raja berpengaruh dan berprajurit.
    Lan duwe prajurit---Dan punya prajurit.
    Negarane ambane saprawolon---Lebar negeri seperdelapan dunia.
    Tukang mangan suap saya ndadra---Pemakan suap semakin merajalela.
    Wong jahat ditampa---Orang jahat diterima.
    Wong suci dibenci---Orang suci dibenci.
    Timah dianggep perak---Timah dianggap perak.
    Emas diarani tembaga---Emas dibilang tembaga
    Dandang dikandakake kuntul---Gagak disebut bangau.
    Wong dosa sentosa---Orang berdosa sentosa.
    Wong cilik disalahake---Rakyat jelata dipersalahkan.
    Wong nganggur kesungkur---Si penganggur tersungkur.
    Wong sregep krungkep---Si tekun terjerembab.
    Wong nyengit kesengit---Orang busuk hati dibenci.
    Buruh mangluh---Buruh menangis.
    Wong sugih krasa wedi---Orang kaya ketakutan.
    Wong wedi dadi priyayi---Orang takut jadi priyayi.
    Senenge wong jahat---Berbahagialah si jahat.
    Susahe wong cilik---Bersusahlah rakyat kecil.
    Akeh wong dakwa dinakwa---Banyak orang saling tuduh.
    Tindake manungsa saya kuciwa---Ulah manusia semakin tercela.
    Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi---Para raja berunding negeri mana yang dipilih dan disukai.
    Wong Jawa kari separo---Orang Jawa tinggal setengah.
    Landa-Cina kari sejodho --- Belanda-Cina tinggal sepasang.
    Akeh wong ijir, akeh wong cethil---Banyak orang kikir, banyak orang bakhil.
    Sing eman ora keduman---Si hemat tidak mendapat bagian.
    Sing keduman ora eman---Yang mendapat bagian tidak berhemat.
    Akeh wong mbambung---Banyak orang berulah dungu.
    Akeh wong limbung---Banyak orang limbung.
    Selot-selote mbesuk wolak-waliking zaman teka---Lambat-laun datanglah kelak terbaliknya zaman.

Semoga informasi tersebut bermanfaat ,
Dan mohon maaf jika ada kesalahan.