Candi Surowono adalah Candi hindu yang berada di Desa Canggu Kecamatan Pare Kabupaten Kediri. Lokasinya yang tidak jauh dari "kampung inggris pare" membuatnya mudah/wajib untuk dikunjungi.
Di dalam kitab Nagarakretagama disebutkan bahwa Candi Surowono yang bernama Wishnubhawanaputra berada di Visnubuvanapura, sebuah tempat pemujaan bagi Dewa Wisnu, yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Dasar Candi ini berukuran 7,8 x 7,8 meter, dengan tinggi 4,6 meter, menghadap ke barat, sebagaimana sebagian besar candi lainnya di Jawa Timur.
Balok-balok beton memanjang dibangun instansi terkait sebagai tempat diletakkannya bebatuan candi serta arca yang belum tersusun pada tempatnya semula karena Candi Surowono sendiri ditemukan sudah dalam keadaan utuh .Tapi pada beberapa bagian masih tersisa arca dan beberapa bentuk relief serta cerita yang tepahat dari Candi tersebut .

Sebuah arca sebatas dada bertangan empat yang diletakkan terpisah dari Candi Surowono dengan wajah yang sudah agak rusak.

Sebuah Arca Resi Agastya tanpa bagian bawah dan bagian atasnya sebagian rusak, yang tampak seperti seorang pendeta berjanggut bertubuh bungkuk dengan hiasan di telinga dan lehernya, sementara posisi tangannya tampak menyangga ke atas.
Di tempat lain ada lagi Arca Resi Agastya yang tanpa bagian bawah juga, namun dengan posisi badan yang lebih tegak, hiasan telinga yang lebih pendek dan wajah yang masih lebih utuh, dengan posisi tangan yang juga menyangga ke atas.

Candi Surowono diperkirakan dibangun pada 1390, namun baru selesai pada tahun 1400 saat candi ini digunakan. Candi Surowono dibuat sebagai tempat pensucian atau pendharmaan bagi Wijayarajasa, Bhre Wengker, yang merupakan paman dari Rajasanagara, Raja Majapahit. Bhre Wengker meninggal pada 1388.
Upacara sraddha bagi Bhre Wengker, yang merupakan sebuah upacara ritual yang dilakukan 12 tahun setelah kematiannya, diselenggarakan pada 1400, tahun yang kemudian diduga sebagai tahun perkiraan selesainya bangunan Candi Surowono ini.

Pada Candi Surowono terdapat beberapa relief yang dikerjakan dengan halus. Pada kaki Candi Surowono terdapat relief-relief fabel dan juga tantri, sedangkan pada badan Candi Surowono terdapat relief Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa yang digubahnya pada 1035, serta relief Bubuksah, dan relief Sri Tanjung.

Di Candi Surowono juga terdapat patung raksasa, yang disebut Gana yang berada dalam posisi duduk, dengan kedua tangan layaknya tengah menyangga bagian atas Candi Surowono. Gana adalah pelayan yang dipilih oleh Ganesha untuk melayani Shiwa.

Penggalan relief Sri Tanjung di salah satu sudut candi. Sidapaksa dan Sri Tanjung adalah sepasang kekasih, yang suatu ketika terpisah karena Sidapaksa di utus pergi untuk sebuah misi. Ketika Sidapaksa kembali, ia menuduh Sri Tanjung tidak setia, dan lalu membunuhnya.
Relief paling kiri menceritakan ketika Sidapaksa menyadari kesalahannya dan merasa sangat putus asa. Relief di sebelahnya memperlihatkan Sri Tanjung tengah naik seekor ikan besar untuk menyeberangi sungai di dunia orang mati. Relief paling kanan adalah ketika Sri Tanjung ditolak masuk ke dalam surga karena waktu ajalnya belum tiba.

Relief di sebelah kiri menunjukkan ketika Durga menghidupkan kembali Sri Tanjung, dan relief paling kanan adalah ketika Sidapaksa dan Sri Tanjung dipersatukan kembali.

Relief candi yang menceritakan tentang Bubuksah dan Gagang Aking, dua bersaudara yang tengah dalam pencarian spiritual untuk mencapai kesempurnaan. Gagang Aking menempa diri dengan melakukan puasa yang sangat ketat sedangkan Bubuksah tetap menikmati makan minumnya.
Batara Guru lalu mengirim utusan untuk menguji keduanya dalam wujud harimau yang meminta daging manusia segar kepada mereka. Gagang Aking mengatakan bahwa tidak ada gunanya meminta darinya karena ia kurus kering, namun Bubuksah menawarkan diri untuk dimakan harimau itu. Harimau itu lalu menampakkan wujud aslinya sebagai utusan Batara Guru, dan Bubuksah pun dinyatakan lulus ujian.